Artikel Terbaru

Viral Pria Bunuh Diri Terekam Bocah ‘Railfans’, Psikolog Soroti Risiko Trauma

Viral Pria Bunuh Diri Terekam Bocah ‘Railfans’, Psikolog Soroti Risiko Trauma

Viral Pria Bunuh Diri Terekam Bocah ‘Railfans’, Psikolog Soroti Risiko Trauma Viral video seorang pria bunuh diri di rel kereta tak sengaja terekam oleh bocah-bocah ‘Railfans’.

Awalnya, sekumpulan anak tersebut tengah berdiri di samping rel sembari melambai-lambaikan tangan, menanti kereta api melaju.

Namun keceriaan mereka mendadak berganti menjadi jeritan ngeri setelah seorang pria tiba-tiba merebahkan diri di rel hingga tewas terlindas kereta.

Melihat video tersebut, banyak netizen khawatir perihal risiko trauma pada anak-anak yang tak sengaja menjadi saksi mata aksi bunuh diri tersebut.

Kekhawatiran serupa juga di sampaikan oleh psikolog klinis dan founder dari pusat konsultasi Anastasia and Associate, Anastasia Sari Dewi.

Menurutnya, orang yang tak sengaja melihat tindakan percobaan bunuh diri mungkin terbayang-bayang dalam jangka waktu lama.

Apalagi, jika percobaan bunuh diri tersebut di lakukan dengan cara yang sadis, sebagaimana dalam video viral tersebut.

“Trauma adalah situasi atau kondisi pada seseorang setelah mengalami pengalaman yang kurang menyenangkan, yang menyedihkan, menakutkan, mengancam pada dirinya.

Pengalaman tersebut itu tidak hanya pengalaman yang dia alami sendiri secara langsung, melainkan juga bisa secara tidak langsung seperti menyaksikan atau mendengar semacam itu,” terangnya kepada detikcom, Rabu (12/7/2023).

“Banyaknya informasi yang masuk di kepala baik itu pengaruh pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain berpengaruh terhadap kondisi psikologis seseorang karena di proses di dalam kepalanya,” sambung Sari.

Bisakah Trauma Pasca Melihat Aksi Bunuh Diri Di pulihkan?

Sari menjelaskan, penanganan trauma tergantung kepada kepribadian orang yang mengalami.

Sebab, ada orang yang mampu mengelola pengalaman traumatisnya dengan sendirinya, ada juga orang yang memerlukan penanganan profesional.

“Karena ini anak-anak, biasanya anak-anak perlu dibantu atau di dampingi oleh orang lain.

Mungkin bisa orang tuanya, di bantu dengan mengalihkan dengan berbagai hal lain supaya pengalaman nggak enak tersebut setidaknya tidak menjadi ketakutan yang berlebih pada diri si anak,” terang Sari.

“Apabila ternyata setelah seminggu, dua minggu, ketakutannya semakin lama semakin intens atau tidak ada penurunan, masih terus terbayang-bayang,

masih terus kesulitan untuk mengelola pengalaman tersebut itu biasanya di bantu oleh profesional,” imbuhnya.

Lebih lanjut Sari menegaskan, tak seharusnya video yang memuat aksi bunuh diri di sebarluaskan di media sosial.

Selain berisiko membuat orang ketakutan, adegan dalam video tersebut bisa menjadi ‘trigger’ untuk orang-orang yang memiliki tendensi untuk bunuh diri.

Jika tujuannya untuk memberikan informasi, adegan sadis dalam video viral tersebut tidak harus di perlihatkan secara jelas.

Adegan tersebut bisa di sensor, bahkan tidak di perlihatkan sama sekali lantaran cukup di jelaskan dengan kata-kata.

“Mungkin harus betul-betul di sensor jelas pada saat peristiwanya terjadi. Itu perlu.

Apalagi ini adalah peristiwa bukan tentang nyaris, melainkan peristiwa nahas.

Berbeda ya. Peristiwa nyaris kecelakaan mungkin perlu di kasih lihat detik-detik bagaimana seseorang lolos dari maut. Tapi ini kan sudah bukan peristiwa semacam itu,” beber Sari.

Jadi ada tidak untuk di tonton berulang-ulang atau di sebarluaskan karena malah akan menormalisasi peristiwa tragis menjadi sesuatu yang normal. Ini kan jadi nggak beres.

Malah memunculkan ide yang tidak-tidak,” pungkasnya.

BACA JUGA : Viral Pencuri Motor Todong Pistol ke Ojol Usai Aksinya Di pergoki di Tangerang

BACA JUGA : Di perkosa Anggota TNI, Mahasiswi Ini Langsung Demam 2 Hari

Comments are closed.