Artikel Terbaru

6 Fakta Tren Roleplay di TikTok, Awas Bikin Candu-Ganggu Kejiwaan

6 Fakta Tren Roleplay di TikTok, Awas Bikin Candu-Ganggu Kejiwaan

6 Fakta Tren Roleplay atau bermain peran belakangan menjadi topik pembicaraan di kalangan penghuni warganet.

Sebuah video yang di unggah di TikTok di duga menjadi penyebab kehebohan ini.

Dalam cuplikan video tersebut, tampak seorang anak perempuan yang di marahi ayahnya karena kedapatan melakukan roleplay di TikTok.

Setelah di telusuri, si anak ternyata melakukan roleplay yang tidak ‘pantas’ untuk seusianya bersama orang-orang yang tidak dikenal.

Hal ini pun menimbulkan perdebatan di kalangan masyarakat.

Meski banyak yang maklum terhadap hal tersebut, tidak sedikit pula yang menganggap bermain roleplay di medsos dapat menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan anak.

Berikut fakta-fakta roleplay di medsos yang viral baru-baru ini.

Berawal dari Unggahan Sang Ayah Tren roleplay ini menjadi viral berawal dari video yang di unggah salah seorang user di TikTok.

Video berdurasi 11 detik itu memperlihatkan seorang anak perempuan yang terduduk menangis setelah kedapatan bermain roleplay oleh ayahnya.

1. Bocah yang masih SD itu ternyata sudah sangat sering melakukan roleplay di platform sosial tersebut.

Ia memasang foto wanita remaja pada akunnya dan melakukan roleplay bersama user-user TikTok lain yang tidak di kenalnya.

Akunnya tersebut bahkan sudah memiliki lebih dari 20 ribu pengikut.

2. Dampak ke Psikologis

Fenomena ini mengundang perhatian psikiater dr Lahargo Kembaren, SpKJ.

Ia mengungkapkan roleplay yang di lakukan di platform media sosial bisa memicu gangguan psikologis pada anak.

“Misalnya di melakukan permainan roleplay tadi, pembentukan jati dirinya itu menjadi rusak karena yang tadinya harusnya sesuai dengan norma nilai tapi menjadi kacau, dan menimbulkan kebingungan terhadap masalah psikologisnya,” ujarnya saat dihubungi detikcom, Minggu (18/6/2023).

Ia menambahkan roleplay di medsos bisa memicu kondisi psikotis dan delusi, saat anak kesulitan membedakan antara realitas dan imajinasi.

3. Penyebab Anak Roleplay di Medsos

dr Lahargo menyebutkan salah satu penyebab anak melakukan roleplay lantaran tidak mendapatkan perhatian yang di butuhkan di kehidupan nyata.

“Dia sampai mengambil opsi memainkan roleplay di aplikasi (medsos) karena dia sebenarnya tidak mendapatkan apa yang dia butuhkan. Misalnya, anak ini butuh komunikasi, kehangatan, apresiasi, butuh reward atau penghargaan dalam hidupnya. Akhirnya dia mencarinya di tempat lain,” jelasnya.

4. Bisa Bikin Kecanduan

Roleplay yang di lakukan secara berulang ternyata bisa menimbulkan efek adiksi atau kecanduan pada anak.

Hal ini karena anak mendapatkan ketenangan dan kenyamanan saat melakukan roleplay tersebut.

“Itu di otaknya akan keluar hormon dopamine yang bikin kenyamanan bagi dia. Dia akan merasa tenang dan nyaman sesaat, tapi ketika sudah menurun dia tidak punya cara lain lagi untuk mendapatkan ketenangan itu selain melakukan hal yang sama, sehingga terjadilah pola perilaku yang berulang-ulang,” ungkapnya.

5. Picu Gangguan Kepribadian

Selain gangguan psikologis, bermain roleplay yang terlalu berlebihan di medsos bisa membuat anak tumbuh dengan kepribadian-kepribadian yang negatif.

“Ada gangguan kepribadian borderline, anak ini tidak memiliki citra diri yang baik, emosionalnya labil sekali. Ada yang narsisistik, ingin selalu menjadi paling hebat, paling jago, dan nomor satu. Selanjutnya yakni histrionik, selalu mencari perhatian. Ada yang paranoid, bawaannya curiga terus, takut terus,” paparnya.

6. Bermanfaat asal Di lakukan di Dunia Nyata

Kendati demikian, dr Lahargo tidak menampik roleplay bisa memberikan banyak manfaat positif bagi anak. Asalkan, di lakukan di dunia nyata dan dengan pendampingan dari orang tua.

“Roleplay yang paling baik sebenarnya kan di dunia nyata. Anak punya life skill, keterampilan hidup.

Keterampilan hidup itu seperti bagaimana cara berinteraksi berkomunikasi dengan orang lain, bagaimana melakukan resolusi konflik, menghadapi tekanan dari teman sebaya, bagaimana berinteraksi, berbicara dengan orang lain.

Itu kan yang paling baik di lakukan di dunia nyata,” tandasnya.

BACA JUGA : Wanita Ini Di nikahi Pria Lebih Muda 22 Tahun, Anak Lebih Tua dari Suami

BACA JUGA : Gol Tercepat Lionel Messi ke Gawang Australia Tak Ada Apa-apanya dibandingkan Rekor Cristiano Ronaldo

Comments are closed.